Bab 8 Kampung Mayit

Bab 8: Sendiri Dalam Ketakutan Angin malam menyusup masuk dari sela-sela papan rumah tua itu, membawa serta aroma tanah basah yang anehnya berbau besi. Husna duduk bersila, membelakangi Devi yang masih bergumam entah apa, sesekali tertawa kecil lalu mendadak menangis. Dalam gemetar, bibir Husna tak berhenti menggumamkan doa, ayat-ayat suci yang dia hafal sejak kecil. Di sudut lain, Budi meringkuk, tubuhnya menggetar hebat. Matanya liar memandang ke sekeliling ruangan, seakan setiap bayangan di dinding bisa berubah menjadi sesuatu yang lebih menyeramkan dari sekadar ilusi. Lampu minyak bergoyang, menciptakan tarian bayang-bayang yang seolah mengejek ketakutan mereka. "Husna... aku... aku gak kuat," bisik Budi, suaranya hampir tak terdengar. Husna menoleh sebentar, mencoba menenangkan dengan tatapan, tapi dia sendiri tahu matanya tak bisa menyembunyikan ketakutan. "Sabar, Budi... kita tunggu Haidar pulang..." Namun keteguhan itu tak mampu menahan ketakutan...