Postingan

Menampilkan postingan dari Mei 2, 2025

Bab10-11 Kampung Mayit

Gambar
  Bab 10: Suara dari Kegelapan Pagi itu, rumah Pak Faisal penuh ketegangan. Haidar, Husna, Devi, dan Budi duduk berdekatan, wajah mereka pucat dan lelah setelah malam panjang yang menyesakkan. Pak Faisal duduk di tengah, ditemani dosen pembimbing KKN mereka yang baru tiba pagi itu bersama dua staff kampus lainnya. "Kita harus rapatkan ini cepat," ucap Pak Faisal serius. "Kejadian semalam... sudah di luar batas nalar biasa." Haidar bangkit dari duduknya, suaranya tegas walau lelah. "Saya mengusulkan untuk memindahkan lokasi KKN, Pak. Ini terlalu berbahaya. Dan... saya juga mohon bantuan dari SAR kampus untuk mencari Roy. Dia sudah hilang lebih dari sehari." Semua orang terdiam. Baru saja dosen mengangguk hendak menyetujui, mendadak Jaza — yang tadi tampak tertidur di sudut ruangan — menggeram keras. Semua mata serentak menoleh. Jaza bangkit perlahan, gerakannya aneh, seperti boneka kayu. Wajahnya tampak berbeda. Matanya merah, pandangan tajam me...

Bab 10-11Takdir di ujung Doa

Gambar
  Bab 10 "Batas yang Harus Dijaga" Hari-hari berjalan seperti matahari yang malu-malu muncul di balik awan. Di pesantren milik Fathan, Arkha mulai hadir lebih sering — mengisi ceramah, membantu membina santri, bahkan sesekali bertukar gagasan tentang pengembangan kurikulum keislaman. Di luar mata banyak orang, ada seutas benang tipis yang perlahan meregang — menghubungkan dua hati yang dulu pernah saling mencari, kini bertemu kembali dalam keadaan serba salah. Aku dan Arkha menjaga adab. Senyum kami terbatas. Kata-kata kami berhati-hati. Namun dalam diam, ada riuh kecil yang menggerogoti keteguhan. Malam-malam terasa lebih panjang. Di layar ponsel, obrolan kecil sering mengalir — tentang kitab kuning yang akan diajarkan, tentang kisah para wali, tentang visi besar membangun generasi. Namun perlahan, kata-kata itu mulai melenceng. Bukan pada isi, tetapi pada rasa. Ada tanya-tanya kecil yang terucap: "Apakah kamu pernah merindukan masa lalu itu?" ...

Bab 9 Kampung Mayit

Gambar
  Bab 9: Tersesat Dalam Gelap Budi berjalan tergesa-gesa di jalan setapak, menembus pekat malam yang terasa jauh lebih dingin dari biasanya. Di atas kepalanya, bulan setengah tertutup awan kelabu, dan setiap langkahnya seolah menggema dalam kesunyian yang mencekam. Niatnya sederhana: menyusul Haidar ke rumah Pak Faisal. Namun, seiring waktu, jalan yang ia lewati terasa semakin asing, meski Budi yakin dia terus mengambil jalur yang sama. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Hatinya berdegup cepat ketika dari sudut matanya, ia merasa bayangan-bayangan hitam mengikuti langkahnya — bergerak seirama, bersembunyi di balik pepohonan. "Ini cuma halusinasi... ini cuma halusinasi..." Budi menggumamkan mantra itu berkali-kali, namun ketakutannya semakin menjadi. Suara bisikan samar mulai terdengar, memanggil namanya perlahan. Langkah kakinya bertambah cepat, hampir berlari. Namun... anehnya, ia selalu kembali ke tempat yang sama — sebuah pertigaan kecil dengan batu besar berl...