BAB 4 -5 KAMPUNG MAYIT

Bab 4: Pesan yang Terabaikan <script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-1647140347148578" crossorigin="anonymous"></script> Hari-hari berikutnya berjalan dalam ketegangan yang semakin menebal, meski aktivitas KKN tetap harus dilaksanakan. Pagi itu, Devi membantu membuat kerajinan tangan bersama ibu-ibu desa, tapi tangannya gemetar saat menggulung anyaman daun pandan. "Ada yang mengawasi... ada yang mengawasi..." bisiknya lirih tanpa sadar. Haidar, yang memperhatikan dari jauh, merasa Devi makin hari makin berbeda. Matanya sayu, kadang kosong, kadang seperti berbicara sendiri. Jaza pun mulai memperlihatkan keanehan. Saat Budi sibuk mengambil dokumentasi foto-foto kegiatan, ia merekam Jaza sedang berbicara sendiri di sudut balai desa. "Metu... metu... dudu sak kene..." (Pergi... pergi... ini bukan tempatmu...) Budi yang ketakutan segera memanggil Haidar. Namun saat dih...