Takdir di Ujung Doa BAB1
Karya Nizam mahbub
20 april 2025
---
Judul:
"Takdir di Ujung Doa"
Sinopsis
> Dalam setiap sujudnya, Naya membisikkan nama yang tak pernah ia sebutkan pada dunia.
Dulu, cinta itu terlahir diam-diam di balik tembok pesantren—suci, malu-malu, dan penuh harap.
Takdir memisahkan mereka, menempatkan Naya dalam pelukan pria lain yang shalih, hingga akhirnya kembali sendiri, berteman sepi.
Saat Arkha hadir lagi, dengan luka yang tak terlihat dan cinta yang tak padam, keduanya dihadapkan pada pilihan berat antara menjaga janji suci atau mengikuti getar hati yang sudah lama membatu.
Di ujung doa, mereka memahami: cinta sejati adalah tentang merelakan, menunggu, dan menyerahkan segalanya pada kehendak Tuhan.
Bab 1
"Pertemuan yang Tidak Pernah Diminta"
Hujan turun tanpa suara di pelataran kota itu, seakan langit pun ikut menundukkan kepala.
Di tengah ribuan orang yang berlalu, aku bertemu dengannya — perempuan dengan mata penuh luka yang kutahu tak mampu disembuhkan siapa pun.
Dan mungkin, akulah luka itu sendiri.
Naya.
Namanya lirih seperti bisikan yang pernah kuselipkan dalam doa-doa panjang.
Ia berdiri di sisi lain ruang seminar itu, menggenggam buku yang entah mengapa tampak berat di tangannya.
Bukan berat karena isi, tapi karena beban yang selama ini ia pikul sendirian.
Aku menatapnya terlalu lama.
Dan ketika tatapan kami bertemu, aku tahu...
Dalam dunia yang terlalu sibuk berbicara tentang harapan, ada rasa yang tidak pernah sempat kita doakan.
"Apa kau percaya, bahwa beberapa pertemuan terjadi hanya untuk membuktikan bahwa kita terlambat?" tanyaku dalam hati.
Ia tersenyum kecil — sebuah senyum yang lebih pilu daripada tangisan.
Aku membalasnya dengan anggukan.
Tak ada kata yang diucapkan, namun ada sesuatu yang lahir di antara kami: sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar kenangan.
Namun saat itu juga aku melihat kilatan perak di jari manisnya.
Cincin itu mengilap — seperti belati yang perlahan menggores dadaku.
Dan aku sadar, mungkin dalam kehidupan ini, ada cinta-cinta yang hanya tercipta untuk diuji kesabarannya...
bukan untuk dimiliki.
Karya nizam mahbub
Komentar